VONMAGZ, JAKARTA- Awal bulan ini, dihebohkan dengan serangan kereta api bawah tanah di Jepang yang mengakibatkan 17 orang terluka. Serangan tersebut difokuskan kepada tersangka pelaku yang mengenakan kostum Joker tepat di hari perayaan Halloween.
Tersangka mengatakan bahwa tujuannya melakukan serangan karena ia menyembah karakter Joker dan ingin membunuh sebanyak mungkin orang. Tapi psikolog kriminal menyebut bahwa tujuan tersangka sebenarnya bukan untuk meniru Joker, tapi lebih untuk mencari perhatian pada kekecewaan yang ia dapatkan.


EPA
"Saya pikir dia cuma ingin terlihat menonjol. Dia adalah seorang pencari perhatian dengan berdandan sebagai Joker di malam Halloween, dia beritingkah seperti Joker dan mengatakan bahwa ia mengaguminya, dia bisa mendapatkan lebih banyak perhatian dari orang orang. Saya telah berdiskusi dengan beberapa psikolog kriminal sejak serangan tersebut, dan mereka semua mengatakan hal yang sama, ini bukan kejahatan psikopat" kata profesor Yasuyuki Deguchi seorang psikolog kriminal di Universitas Tokyo Mirai. Profesor Yasuyuki menilai banyak yang melakukan serangan semacam itu oleh pria yang merasa ditolak oleh masyarakat.
Tapi banyak persepsi bahwa serangan semakin sering terjadi di Jepang sejak Agustus tahun ini. Psikolog menilai pandemi kemungkinan telah mengintensifkan kesulitan dan isolasi sosial yang dimana keduanya bisa jadi pemicu.