VONMAGZ, Jakarta- TikTok saat ini bukan hanya sekedar aplikasi yang dikenal dengan ajang tarian viral dan video lucu, aplikasi asal Cina tersebut kini berkembang dan berubah pesat selama beberapa bulan terakhir menjadi semakin politis. Para pengguna yang mayoritas adalah generasi Z, mereka mulai berani meyuarakan perubahan iklam, rasisme, kekerasan senjata, hak LGBTQ+, pandemi global, Black Lives Matters, hingga pemilihan umum.

Dok-Common Dreams
Sebuah studi menemukan bahwa konten politik online melalui TikTok dengan tagar #Trump2020 telah menarik 1,1 miliar views pada awal februari 2020 dan 3,4 miliar pada bulan Maret 2020. Lembaga non profit progresif saat ini sedang mempelajari kasus penggunaan aplikasi, termasuk menggunakan influencer untuk mendorong aktivitas pemilihan umum. Contohnya, manajer kampanye salah satu capres mencari cara untuk membuat kesepakatan dengan influencer di TikTok sehingga dapat mempengaruhi para audiens yang mendapatkan dukungan penuh untuk mencapai suatu keuntungan kedua belah pihak.

Dok - Poynter
Lalu ada hashtag #BlackLivesMatter di TikTok yang menjadi salah satu klip nomor 1 yang menarik lebih dari 50 juta views dengan menunjukkan kekerasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian yang tidak sempat diliput dan direkam oleh media. Bahkan kasus George Floyd berhasil mengajak massa sebesar 25 juta orang Amerika untuk turut perpatisipasi untuk berpatisipasi turun ke jalan melalui pengaruh video TikTok. Pihak TikTok sendiri memasuki tahun 2020 di bawah pengawasan yang lebih ketat dari sebelumnya, mereka tidak ingin memiliki peran seperti Facebook yang memberikan informasi palsu menjelang pemilihan presiden di tahun ini.

Dok- World Today News
Tidak hanya digunakan sebagai alat pendukung politik, bahkan dapat dijadikan alat untuk menjatuhkan. Salah satunya kejadian lalu saat rapat umum Presiden Donald Trump di Tulsa pada tanggal 20 Juni yang dimana pasukan pecinta K-pop menggunakan TikTok untuk memesan tiket rapat umum tersebut dan bekerja sama untuk tidak datang sebagai bentuk boikot online. Gen-Z yang awalnya buta politik kini mereka berlomba lomba untuik terlibat dan termotivasi untuk berbagi opini mereka tentang toleransi hingga tanggung jawab sosial. Hasilnya, ada ruang bagi para influencer muda untuk membentuk perdebatan dan berhasil menarik perhatian lembaga politik. Seorang Ilmuwan data di Universitas Teknik Munich bernama Juan Carlos Medina Serrano mengatakan bahwa pengguna TikTok saat ini ingin menjadi bintang politik. "Pengguna TikTok tidak ingin hanya berbicara dengan politisi, mereka ingin menjadi bintang politik" ujarnya.